Selama berabad-abad, manusia dibanjiri ide berjalan di atas air. Hal itu mungkin karena terinspirasi alam, di mana ada 1.200 spesies binatang yang berjalan di atas air. Binatang kecil seperti serangga dan laba-laba menggunakan ketegangan permukaan untuk 'memegang' molekul air dan membuatnya mengambang.
Namun,seperti dikutip dari lifeslittlemysteries, binatang yang lebih besar agak lebih sulit melakukannya. Menurut terbitan 'Annual Review of Fluid Dynamics', manusia sebenarnya bisa berjalan di atas air jika berlari dengan kecepatan 108 km per jam, hampir secepat cheetah. Pria tercepat dunia, Usain Bolt dari Jamaika, hanya mampu menempuh kecepatan 37,8 km per jam pada nomor sprint 100 meter di Kejuaraan Dunia 2009.
Namun, batas tubuh manusia tak membuat kita berhenti bermimpi. Dalam 40 tahun terakhir, seseorang telah mematenkan lebih dari 50 perangkat berjalan di air. Jadi meski tak bisa berjalan di atas air sendiri, kita dapat mengakalinya.
Menurut matematikawan terapan Massachusetts Institute of Technology (MIT) John Bush, perangkat ini bekerja dengan dua cara. Yakni meningkatkan daya apung, atau menggunakan kekuatan dynamic lift. Sebagian besar perangkat yang sudah dipatenkan dan mengambil desain klasik ski ponton milik da Vinci dirancang guna meningkatkan daya apung. Sisanya menggunakan bahan apung ringan, seperti styrofoam atau kayu. Di sisi lain, dynamic lift membutuhkan kekuatan luar yang bekerja pada tubuh manusia. "Sebuah gaya diperlukan guna menarik tubuh ke arah sejajar permukaan air," jelas Bush. Prinsip yang juga bekerja pada sayap pesawat ini, dapat dilihat ketika perahu bermotor menarik seseorang di sepanjang permukaan air. Coba bayangkan ski dengan bertelanjang kaki. Jika kemiringan kaki benar, air mengalir melewati tubuh secara efektif dan mengangkat peselancar yang bertelanjang kaki itu keluar dari air.
0 comments:
Post a Comment