Puisi sebagai karya seni dapat di
ibaratkan sebagai puncak gunung, penuh rasa, tertutup kabut dan awan, sebab
terkadang seseorang tidak tahu apa yang ada dibalik kata-kata yang yang dijalin
oleh penyair. Ada penyair yang secara lugas menyampaikan imajinasinya, namun
ada pula yang tidak demikian. Artinya penyair tersebut mengungkangkapkan dengan
menggunakan simbolik yang susah di ketahui maksudnya. di bawah ini kami sajikan
puisi-puisi yang termasuk dalam keduanya....
Akuistik Nista
Keangkuhanku
menggelepar
Menusuk relung-relung
jiwa
Erangan bocah
menyadarkan lamunan
Bahwa
sebenarnya aku masih butuh
Apa yang
aku banggakan?
Secuil ilmu
pengetahuan
Seonggok piagam
penghargaan
Atau ketampanan
yang akan segera pudar
Jauh sudah
aku melangkah
Menapakdogma
yang kian suram
Menggelayut
mesra dunia hina
Menggapai
prestise nista
Aku tak
bisa ingkar
Bahwa aku
tak sendiri
Bahwa orang
hebat tak Cuma aku
Bahwa orang
bodoh tak Cuma mereka
Oooh...tuhaaan......
Angkatlah
aku dari keangkuanku
Masukan dalam
satu-Mu
Yang penuh
dengan rengkuhan sayang.
0 comments:
Post a Comment